Anyer (ANTARA News) - Sebanyak 200 wisatawan mancanegara asal Eropa berwisata bahari ke Gunung Anak Krakatau (GAK) Selat Sunda, mereka melihat secara langsung letusan dan asap kelabu kehitam-hitaman dari jarak lima kilometer dari lokasi. "Dua hari lalu, sebanyak 200 wisatawan melakukan wisata secara beramai-ramai mendatangi GAK," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Banten, Egy Djanusiwati, Jumat.

Dia menjelaskan, fenomena letusan GAK yang berstatus `waspada` atau level II tidak menyurutkan keinginan wisatawan yang hendak berlibur dan melancong ke Anyer, Carita. "Ini bukti bahwa dunia pariwisata Banten tidak mati, justru sebaliknya membawa dampak positif bagi Banten dengan adanya GAK," katanya menambahkan.

Namun diakui oleh dia, dengan kondisi GAK saat ini, ada sejumlah tamu asing dan domestik yang urung dan membatalkan kunjungan mereka berwisata di Anyer dan Carita. "Yah beberapa waktu lalu karena adanya informasi dari salah satu televisi swasta, bahwa akan ada tsunami di Anyer, sejumlah peserta Festifal Internasional Pemuda dan Olahraga Bahari, dan tamu hotel pulang dan membatalkan wisata," katanya menambahkan.

Untuk mengangkat wisata Banten dan menggembalikan serta menarik wisatawan ke Banten, ia akan terus menggalakan promosi wisata Banten dengan menjual GAK.

Think about what you've read so far. Does it reinforce what you already know about mobil keluarga ideal terbaik indonesia? Or was there something completely new? What about the remaining paragraphs?

"Sekarang sudah berlangsung kami menggalakan promosi wisata, walaupun secara geografis Gunung Krakatau berada di Provinsi Lampung," katanya menjelaskan.

Terpisah, Kepala Pusat Vulkanalogi dan Mitigasi Bencana Geologi, Surono menjelaskan, letusan GAK yang sudah terjadi pada tanggal 28 Oktober lalu, cukup indah dilihat dari jarak aman.

"Pemerintah daerah, memang seharusnya menjual letusan GAK sebagai wisata ke turis Eropa, seperti Belanda," katanya.

Keberadaan gunung berapi di Indonesia katanya, bagi warga Eropa merupakan hal yang unik dan langka.

"Di Eropa kan tidak ada gunung berapi, dan bagi mereka gunung seperti itu jika dilihat suatu pemandangan yang indah, sepanjang tidak mendekat pada radius dua kilometer," katanya menjelaskan. (ANT/K004)